(By MICHAEL PATERNITI - The New York Times. Published: December 23, 2008. Dialih-bahasakan oleh Henry Hendratno)
RANGKAIAN KATA PENGANTAR: Sepanjang tahun 2008 event-event catur internasional menyita perhatian dunia. Muaranya di Olimpiade Catur Dresden pada bulan Nopember 2008. Diantara hingar-bingar catur modern dewasa ini, nama-nama pecatur istimewa dari berbagai negara bermunculan silih berganti. Namun, sebuah nama sekonyong membayang, saat penghujung tahun 2008 tiba, ketika musim dingin telah mencapai tahap membekukan... seakan nama ini tak ingin dikubur oleh sang waktu... Saya merasa takjub dan mencoba mengingat-ingat "kepergiannya" setahun yang lalu, dan tanpa terlalu antusias mulai menyusun artikel obituari ini. Berkali-kali saya terhenti saat menulis, lalu membolak-balik referensi dan buku-buku daftar pustaka, dan menghela napas... Tanpa sadar air mata saya mengalir, memburamkan pandangan, dan hati tiba-tiba terasa trenyuh, membayangkan bagaimana reaksinya (yang cenderung selalu berapi-api) saat ia masih ada dan melihat betapa pesatnya perkembangan catur saat-saat ini... Ia sendiri adalah sebuah legenda luar biasa dari dunia permainan intelegensia: catur, dengan sosok dan kepribadian yang luar biasa pula, namun telah ditakdirkan menjalani masa akhir hidupnya dengan tragis... dalam kesendirian dan kesepian, tanpa sanak-keluarga, tanpa kata-kata hiburan, pujian, dan sanjungan... Robert James “Bobby” Fischer, seorang egois keras kepala yang berjuang sendirian dengan pemikiran dan ide-idenya untuk mewujudkan idealismenya (serta – khususnya – untuk kemajuan catur), namun semua itu ditempuh dengan cara dan dari sudut pandangnya sendiri sehingga terkesan arogan, dan sedikit sekali orang yang mampu mencerna apa yang sebenarnya dikehendakinya. Meski ia pernah memenangkan negaranya lewat catur atas Uni Sovyet di era perang dingin, sehingga ia pantas disebut pahlawan, namun jasanya itu segera terlupakan dan perlakuan yang diterimanya hingga akhir hayatnya tak lebih seperti warga negara biasa, tak ada yang istimewa. Apakah karena ia terlalu mencolok – atau istilah yang lebih tepat: terlampau jujur tanpa kemunafikan – menunjukkan idealisme-nya? Sehingga bahkan oleh pemerintahnya ia telah dicap sebagai orang yang anti Amerika, bahkan juga anti Semit, padahal ia seorang Yahudi. Memang tidak mudah untuk mengenalnya apalagi memahaminya, tapi ternyata juga sangat sulit dan berat untuk melupakannya...
MEMUTAR BALIK KINCIR WAKTU
SEBELUM ia dimakamkan secara diam-diam di suatu pagi musim dingin yang gelap di sebuah pemakaman Islandia yang sepi pada usia 64 tahun di hari Kamis tanggal 17 Januari 2008 (hanya ada empat orang yang hadir di pemakaman yang diatur secara tergesa-gesa itu)... sebelum hari-hari terakhir perjuangannya melawan sakit ginjal dan pembusukan gusi (tapi ia selalu menganggap bahwa penyakit utamanya adalah mikro-chip yang ditanamkan di otaknya oleh agen rahasia Amerika dan Rusia yang acapkali mengirimkan sinyal radio bergantian sehingga membuat kepalanya sakit)... sebelum saat-saat senggang yang dirindukannya untuk menghabiskan waktu di sebuah toko buku di Reykjavik, suatu tempat yang samar-samar mengingatkannya pada masa kecilnya di sebuah toko buku di Brooklyn saat ia membaca buku-buku lucu, komik, dan belajar catur... sebelum dekade “bertapa dan bergentayangannya” di berbagai belahan dunia layaknya biarawan tercemar atau sarjana bodoh yang mencari-cari tempat pengasingan sempurna (dari Pasadena lalu ke Hungaria, lalu ke Philipina di mana ia diduga mempunyai seorang anak, lalu ke Jepang di mana ia diduga telah menikah tapi akhirnya ditangkap dan ditahan karena pelanggaran keimigrasian/paspor kedaluwarsa)... sebelum tepuk tangannya atas peristiwa 11 September 2001 – serangan pada gedung WTC di Amerika Serikat – yang disebutnya sebagai “berita indah”... dan sebelum pertunjukan besar dwitarung ulangnya melawan musuh bebuyutannya dari Rusia, juara dunia sebelumnya: Boris Spassky, yang mana terjadi anti klimaks di tahun 1992 itu karena pecah perang di Yugoslavia dan PBB turut melarang (di depan kamera yang menyala, ia meludah ke pejabat Amerika yang melarangnya bertanding)... bahkan sebelum dwitarung pertama mereka di tahun 1972, yang disebut “Pertandingan Akbar Abad 20”, ketika mata dunia tertuju padanya sebagai “Lencana Bersinar dari Amerika” yang penuh inovasi dan brilian (di saat pertandingan ia mendapati Mesin Catur Soviet – cikal-bakal komputer catur, dan sekonyong menghancurkannya dengan tangannya sendiri lalu mogok bertanding, baru setelah dibujuk oleh Dubes AS saat itu Henry Kissinger ia bersedia melanjutkan pertandingannya)... bahkan sebelum kesombongannya menantang dan menghancurkan barisan grandmaster yang pro Spassky (ia menang 20 game berturut-turut, kemenangan terpanjang dalam sejarah catur modern)... sebelum ia berdagang kain di masa mudanya untuk membeli lemari pakaian baru yang mahal... sebelum pemikirannya pelan-pelan membuat gusar pemerintahnya dan ia menjadi paradoks berjalan (ia mendapat gelar/julukan: Yahudi anti-Semit, Pahlawan Nasional anti-Amerika, Penyihir/Pengembara dengan Tipu Daya)... ya, sebelum keseluruhan sirkus dari perjalanan hidupnya membentang, ia adalah anak lelaki berusia 13 tahun dengan hal utama yang ada di benaknya dan paling dicintainya di dunia: CATUR...
Hari itu di Manhattan kehidupan beranjak seperti biasanya, asap menguar dari knalpot kendaraan yang lalu-lalang, menyisakan bau yang menyesakkan pernapasan. Di trotoar, diantara para pejalan kaki, dengan rambut berantakan dipermainkan angin, sambil menyandang tas catur, Bobby Fischer melangkah tergesa-gesa memasuki West 10th Street. Wajahnya gembira dan penuh semangat. Langkahnya berbelok memasuki sebuah restoran, tapi tidak untuk makan malam. Di dalam telah berkumpul belasan orang, dimana pokok pembicaraan mereka adalah catur, catur, dan catur. Mereka adalah para penggemar dan pengikut potensial sebuah klub catur terkenal di daerah itu... Di sebuah petikan referensi: sebelum Bobby bertengkar dan minggat dari ibunya (mereka berpisah lima tahun kemudian saat Bobby berumur 18 tahun, lalu berkumpul lagi beberapa tahun sebelum Ibu Bobby meninggal tahun 1997)... dan sebelum ia “terbakar” oleh dukungan dan pujian dari legiun teman karib dan pengagumnya... Bobby Fischer tidak pernah menyadari bagaimana pada usia 13 tahun ia bisa datang ke Marshall Chess Club – gudangnya pecatur-pecatur tangguh Amerika, atau seberapa jauh ia akan melangkah selanjutnya. Naif, tak mengenal lelah, dan tak mengenal puas, ia hanya ingin bertanding catur, kalah atau menang. Selain itu, boleh dikatakan ia hanya mau berhenti saat ia merasa lapar dan makan, karena dengan makan ia memiliki tenaga untuk bermain catur lagi!
Debutnya (sebenarnya istilah yang tepat untuk olahragawan adalah: prestasinya) segera dimulai ketika ia berhadapan dengan Donald Byrne, salah seorang dari 10 pecatur top Amerika Serikat pada saat itu. Dengan terengah-engah sebuah majalah catur terkenal menyebut pertandingan Byrne-Fischer adalah "game abad ini". Pada saat itu (tahun 1956) barangkali memang tepat, tetapi lebih dari itu telah diumumkan kemunculan Bobby Fischer di pentas catur Amerika, dengan teknik/cara barunya bermain catur – baru untuk jaman itu setidaknya – yang digambarkan sebagai penyimpangan dari teori baku yang kaku dari tahap pembukaan, pertengahan, hingga kreatifitas Fischer yang menonjol dengan langkah unik pengorbanan (pada partai D. Byrne – R. Fischer, Rosenwald Memorial, 1956, ia mengorbankan Menterinya) menghasilkan permainan tahap akhir yang akan menjadi ciri khas dan buah tangannya selanjutnya...
(Bersambung)
Teks Foto Kiri: Bobby Fischer meninggal pada tanggal 17 Januari 2008 di usia 64 tahun, merupakan salah seorang pecatur terbesar abad 20 yang pernah ada. Foto diambil pada masa awal kejayaannya di tahun 1962. (Photo by John Lent/Associated Press)
Kanan: Fischer saat mengadakan konferensi pers dalam pengembaraannya ke Islandia tahun 2005, yang akhirnya Islandia menjadi tempat peristirahatannya yang terakhir...
OBITUARI BOBBY FISCHER : KILAS BALIK SANG LEGENDA
[Berita Independen]
(By MICHAEL PATERNITI - The New York Times. Published: December 23, 2008. Dialih-bahasakan oleh Henry Hendratno)
RANGKAIAN KATA PENGANTAR: Sepanjang tahun 2008 event-event catur internasional menyita perhatian dunia. Muaranya di Olimpiade Catur Dresden pada bulan Nopember 2008. Diantara hingar-bingar catur modern dewasa ini, nama-nama pecatur istimewa dari berbagai negara bermunculan silih berganti. Namun, sebuah nama sekonyong membayang, saat penghujung tahun 2008 tiba, ketika musim dingin telah mencapai tahap membekukan... seakan nama ini tak ingin dikubur oleh sang waktu...
Saya merasa takjub dan mencoba mengingat-ingat "kepergiannya" setahun yang lalu, dan tanpa terlalu antusias mulai menyusun artikel obituari ini. Berkali-kali saya terhenti saat menulis, lalu membolak-balik referensi dan buku-buku daftar pustaka, dan menghela napas... Tanpa sadar air mata saya mengalir, memburamkan pandangan, dan hati tiba-tiba terasa trenyuh, membayangkan bagaimana reaksinya (yang cenderung selalu berapi-api) saat ia masih ada dan melihat betapa pesatnya perkembangan catur saat-saat ini... Ia sendiri adalah sebuah legenda luar biasa dari dunia permainan intelegensia: catur, dengan sosok dan kepribadian yang luar biasa pula, namun telah ditakdirkan menjalani masa akhir hidupnya dengan tragis... dalam kesendirian dan kesepian, tanpa sanak-keluarga, tanpa kata-kata hiburan, pujian, dan sanjungan...
Robert James “Bobby” Fischer, seorang egois keras kepala yang berjuang sendirian dengan pemikiran dan ide-idenya untuk mewujudkan idealismenya (serta – khususnya – untuk kemajuan catur), namun semua itu ditempuh dengan cara dan dari sudut pandangnya sendiri sehingga terkesan arogan, dan sedikit sekali orang yang mampu mencerna apa yang sebenarnya dikehendakinya. Meski ia pernah memenangkan negaranya lewat catur atas Uni Sovyet di era perang dingin, sehingga ia pantas disebut pahlawan, namun jasanya itu segera terlupakan dan perlakuan yang diterimanya hingga akhir hayatnya tak lebih seperti warga negara biasa, tak ada yang istimewa. Apakah karena ia terlalu mencolok – atau istilah yang lebih tepat: terlampau jujur tanpa kemunafikan – menunjukkan idealisme-nya? Sehingga bahkan oleh pemerintahnya ia telah dicap sebagai orang yang anti Amerika, bahkan juga anti Semit, padahal ia seorang Yahudi.
Memang tidak mudah untuk mengenalnya apalagi memahaminya, tapi ternyata juga sangat sulit dan berat untuk melupakannya...
MEMUTAR BALIK KINCIR WAKTU
SEBELUM ia dimakamkan secara diam-diam di suatu pagi musim dingin yang gelap di sebuah pemakaman Islandia yang sepi pada usia 64 tahun di hari Kamis tanggal 17 Januari 2008 (hanya ada empat orang yang hadir di pemakaman yang diatur secara tergesa-gesa itu)... sebelum hari-hari terakhir perjuangannya melawan sakit ginjal dan pembusukan gusi (tapi ia selalu menganggap bahwa penyakit utamanya adalah mikro-chip yang ditanamkan di otaknya oleh agen rahasia Amerika dan Rusia yang acapkali mengirimkan sinyal radio bergantian sehingga membuat kepalanya sakit)... sebelum saat-saat senggang yang dirindukannya untuk menghabiskan waktu di sebuah toko buku di Reykjavik, suatu tempat yang samar-samar mengingatkannya pada masa kecilnya di sebuah toko buku di Brooklyn saat ia membaca buku-buku lucu, komik, dan belajar catur... sebelum dekade “bertapa dan bergentayangannya” di berbagai belahan dunia layaknya biarawan tercemar atau sarjana bodoh yang mencari-cari tempat pengasingan sempurna (dari Pasadena lalu ke Hungaria, lalu ke Philipina di mana ia diduga mempunyai seorang anak, lalu ke Jepang di mana ia diduga telah menikah tapi akhirnya ditangkap dan ditahan karena pelanggaran keimigrasian/paspor kedaluwarsa)... sebelum tepuk tangannya atas peristiwa 11 September 2001 – serangan pada gedung WTC di Amerika Serikat – yang disebutnya sebagai “berita indah”... dan sebelum pertunjukan besar dwitarung ulangnya melawan musuh bebuyutannya dari Rusia, juara dunia sebelumnya: Boris Spassky, yang mana terjadi anti klimaks di tahun 1992 itu karena pecah perang di Yugoslavia dan PBB turut melarang (di depan kamera yang menyala, ia meludah ke pejabat Amerika yang melarangnya bertanding)... bahkan sebelum dwitarung pertama mereka di tahun 1972, yang disebut “Pertandingan Akbar Abad 20”, ketika mata dunia tertuju padanya sebagai “Lencana Bersinar dari Amerika” yang penuh inovasi dan brilian (di saat pertandingan ia mendapati Mesin Catur Soviet – cikal-bakal komputer catur, dan sekonyong menghancurkannya dengan tangannya sendiri lalu mogok bertanding, baru setelah dibujuk oleh Dubes AS saat itu Henry Kissinger ia bersedia melanjutkan pertandingannya)... bahkan sebelum kesombongannya menantang dan menghancurkan barisan grandmaster yang pro Spassky (ia menang 20 game berturut-turut, kemenangan terpanjang dalam sejarah catur modern)... sebelum ia berdagang kain di masa mudanya untuk membeli lemari pakaian baru yang mahal... sebelum pemikirannya pelan-pelan membuat gusar pemerintahnya dan ia menjadi paradoks berjalan (ia mendapat gelar/julukan: Yahudi anti-Semit, Pahlawan Nasional anti-Amerika, Penyihir/Pengembara dengan Tipu Daya)... ya, sebelum keseluruhan sirkus dari perjalanan hidupnya membentang, ia adalah anak lelaki berusia 13 tahun dengan hal utama yang ada di benaknya dan paling dicintainya di dunia: CATUR...
Hari itu di Manhattan kehidupan beranjak seperti biasanya, asap menguar dari knalpot kendaraan yang lalu-lalang, menyisakan bau yang menyesakkan pernapasan. Di trotoar, diantara para pejalan kaki, dengan rambut berantakan dipermainkan angin, sambil menyandang tas catur, Bobby Fischer melangkah tergesa-gesa memasuki West 10th Street. Wajahnya gembira dan penuh semangat. Langkahnya berbelok memasuki sebuah restoran, tapi tidak untuk makan malam. Di dalam telah berkumpul belasan orang, dimana pokok pembicaraan mereka adalah catur, catur, dan catur. Mereka adalah para penggemar dan pengikut potensial sebuah klub catur terkenal di daerah itu... Di sebuah petikan referensi: sebelum Bobby bertengkar dan minggat dari ibunya (mereka berpisah lima tahun kemudian saat Bobby berumur 18 tahun, lalu berkumpul lagi beberapa tahun sebelum Ibu Bobby meninggal tahun 1997)... dan sebelum ia “terbakar” oleh dukungan dan pujian dari legiun teman karib dan pengagumnya... Bobby Fischer tidak pernah menyadari bagaimana pada usia 13 tahun ia bisa datang ke Marshall Chess Club – gudangnya pecatur-pecatur tangguh Amerika, atau seberapa jauh ia akan melangkah selanjutnya. Naif, tak mengenal lelah, dan tak mengenal puas, ia hanya ingin bertanding catur, kalah atau menang. Selain itu, boleh dikatakan ia hanya mau berhenti saat ia merasa lapar dan makan, karena dengan makan ia memiliki tenaga untuk bermain catur lagi!
Debutnya (sebenarnya istilah yang tepat untuk olahragawan adalah: prestasinya) segera dimulai ketika ia berhadapan dengan Donald Byrne, salah seorang dari 10 pecatur top Amerika Serikat pada saat itu. Dengan terengah-engah sebuah majalah catur terkenal menyebut pertandingan Byrne-Fischer adalah "game abad ini". Pada saat itu (tahun 1956) barangkali memang tepat, tetapi lebih dari itu telah diumumkan kemunculan Bobby Fischer di pentas catur Amerika, dengan teknik/cara barunya bermain catur – baru untuk jaman itu setidaknya – yang digambarkan sebagai penyimpangan dari teori baku yang kaku dari tahap pembukaan, pertengahan, hingga kreatifitas Fischer yang menonjol dengan langkah unik pengorbanan (pada partai D. Byrne – R. Fischer, Rosenwald Memorial, 1956, ia mengorbankan Menterinya) menghasilkan permainan tahap akhir yang akan menjadi ciri khas dan buah tangannya selanjutnya...
(Bersambung)
Teks Foto
Kiri: Bobby Fischer meninggal pada tanggal 17 Januari 2008 di usia 64 tahun, merupakan salah seorang pecatur terbesar abad 20 yang pernah ada. Foto diambil pada masa awal kejayaannya di tahun 1962. (Photo by John Lent/Associated Press)
Kanan: Fischer saat mengadakan konferensi pers dalam pengembaraannya ke Islandia tahun 2005, yang akhirnya Islandia menjadi tempat peristirahatannya yang terakhir...